21 Juli 2005

untukmu yang sepi

kawan, aku telah mencoba merasakan sepi yang merajammu. sungguh, bukan hanya kau saja yang di dera tanya yang serupa. rekaman-rekaman kejadian di masa lalu bersamamu (juga kawan yang lain) masih saja berlalu lalang dalam ingatan. akan tetapi aku juga punya sepi. bukan hanya kau yang sendiri ketika karibmu pergi tinggalkanmu tuk pulang ke negri ini. betapa banyak yang merasakan sepi yang sama.

kawan, malam ini aku masih berada di kotamu. lumayan kataku, setidaknya membuatku mampu meresap lebih dalam pada sepi yang kau rasakan. betapa damba dan cita orangtuamu membuatku begitu trenyuh dan bangga akanmu. cinta ini berbeda. cinta yang mengalir dari nadimu sendiri, bukan dariku atau orang lain yang serasa seperti darah sendiri. sungguh, aku tidak sedang main-main. betapa aku bisa turut merasakan kehangatan yang pasti kau dapat dari mereka meskipun aku bukan siapa-siapa bagi mereka ( u know, tak lebih berharga dari karibmu itu... ).

kawan, aku hanya mencoba berbagi malam ini. dan jangan lagi kau tanya tentang bidadari. tidakkah cukup pelajaran yang bisa kau petik dariku atau karibmu yang lain: bahwa rindu terkadang bisa menjadi senjata yang sangat ampuh untuk membunuh. berhati-hatilah, masih jauh jalan yang harus kita tempuh. dan tak perlu kau tanyakan dengan siapa kami/dia menghabiskan malam dan siang. biarlah bulan dan matahari memberikan kesaksian akan sebuah perjalanan.

untukmu yang sendiri, hanya dengan ini aku bisa menemani. sampai jumpa di negeri senja.

Tidak ada komentar: