Ada Yang Tertinggal (2)
hari-hari terakhir sebelum bertolak begitu membuatku resah. bukan semata-mata karena perpisahan denganmu; wanita yang telah memberiku begitu banyak limpahan cinta, akan tetapi semacam kekhawatiran tentang apa yang akan kubawa pulang tuk kuberikan untukmu nanti. bahkan disaat seperti ini masih saja tubuh dan jiwa masih enggan berusaha. aku tahu, di tiap malamku senantiasa angin menyampaikan doa-doa yang selalu kau lantunkan pada tahajud malam.
ibu, aku merindukanmu... juga tangismu yang pecah suatu malam dan aku terjaga saat kudengar kau sebut namaku dalam doamu. sungguh ibu, entah kapan kurasakan kehangatan itu lagi. dan aku pergi bukan sebentar. seliar-liarnya aku, tetap saja aku butuh rumah, butuh ibu yang ramah, juga kisah-kisah yang biasa kau ceritakan setelah beberapa hari aku pergi. kapan lagi aku bisa mendengar ceritamu? sementara angin tak mungkin sanggup jika harus bekerja lembur tiap hari untuk mengirimkan muatan cinta darimu.
mungkin benar saat kau bilang kemarin, "kan isih iso telpon...". tapi tetap saja sinyal-sinyal elektromagnetik tak cukup mewakili bahasa hati, juga pandang matamu yang meluluhkan hati. langit di bumi Cilandak tanpa bintang, dan bulan tak genap setengah. semoga ini hanya bagian dari siklus rotasi. bukan karna langit ingin menemani aku yang sunyi.
ibu, aku mencintaimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar