11 Oktober 2005

ODE UNTUK SEORANG SAHABAT

Untukmu di kota J
Genap sebulan semenjak kau hantarkanku pada sebuah persimpangan. Perjalananku tak sebentar. Mungkin perlu puluhan purnama sebelum akhirnya kita sampai pada jumpa berikutnya. Kau pasti tahu, hal itu tak akan menyurutkan niatku untuk bertemu. Ada ingin yang kuat untuk kembali menempuh waktu bersamamu. Selalu ada ingin itu.

Sebelumnya aku minta maaf. Ternyata tiga tahun bersama tak cukup untuk membuatku mengerti akanmu. Namun Tuhan Maha Mengerti. Pada sebuah kesempatan disela-sela keberadaanku di kotamu untuk mengejar mimpi Dia pertemukan kita. Saat itulah aku baru benar-benar merasakan kau adalah kawan. Kawan sebenar, bukan sekedar.

Beberapa episode percakapan kita di warung kopi sembari menikmati nasi goreng yang tersaji selalu kuingat. Kau adalah satu dari sedikit orang yang mampu menerjemahkanku. Bukan hal yang mudah untuk itu. Tak hanya waktu, kemampuan membaca hati diperlukan untuk hal yang satu ini. Dan kau mampu melakukannya dengan baik. Salut!!

Pada pelukan terakhir kita kuucapkan beberapa kata; seseorang tak akan menjadi besar tanpa orang lain. Selalu saja ada orang yang mendukung untuk bisa tumbuh lebih kuat. Mungkin terlalu tinggi mimpiku, berharap suatu saat kita akan tumbuh bersama. Mewujudkan segala asa dan mimpi kita. Hanya saja keadaan memaksa demikian. Kau adalah satu dari segelintir manusia yang mau mendengar sekaligus mampu menerjemahkan gagasan-gagasan yang sekian lama terendap dalam pikiran. Semoga nyata.

Aku belajar darimu bagaimana menjadi manusia. Manusia cinta. Mereka yang selalu dinanti kedatangannya untuk memberikan kehangatan. Layaknya matahari yang membuka hari. Dan aku adalah malam. Maka kita akan saling mengisi dan menggantikan. Agar roda kehidupan terus berputar sebagaimana biasa.

Akhirnya, sebuah harapan tumbuh di dada. Bahwa suatu hari sejarah akan mencatat nama kita sebagai sahabat. Seperti Nabi dan Abu Bakr, Obelix dan Asterix, Batman dan Robin. Kau tahu, bukan mustahil untuk mewujudkan itu. Selama ada upaya hal itu akan terlaksana. Bukankah itu sesuatu yang baik?

Salam Cinta,

Nanang Musha

Tidak ada komentar: